Minggu, 28 Juni 2015

MULLA SHADRA

Shadr al-Din Muhammad ibn Ibrahim ibn Yahya Qawami al-Syirazi atau yang lebih dikenal dengan Mulla Shadra, dilahirkan di Syiraz pada tahun 1572 M. Pendidikan dasarnya dijalani dikotanya dalam bidang al-Qur'an, Hadis, Bahasa Arab dan Bahasa Persia kemudian dilanjutkan di Isfahan sebuah kota pusat studi yang penting pada masa itu. Di sana, Mulla Shadra berguru kepada Baha' al-Din al-Amili (w. 1622 M), Mir Damad (w. 1631) dan Mir Abu Al-Qasim Findereski (w. 1640).
Konon, Mulla Shadra pernah melaksanakan ibadah haji dengan berjalan kaki sebanyak tujuh kali, dan wafat di Basrah sekembalinya dari menunaikan ibadah haji yang ketujuh pada 1641.
.      Karya-Karya Mulla Sadra
Sumbangan filsafat Mulla Shadra sangatlah banyak diantaranya; Al- Suhrawadi, Hikmah Al-Isyraq, Al-Abhari, Al-Hidayah fi Al-Hikmah, dan Ibn sina, Al-Syifa bersanding dengan risalah-risalahnya tentang organization, Resurraction (Awal Penciptaan dan Hari Akhir), Predicating Essence of Existence, dan beberapa makalah singkatnya dalam tema-tema serupa. Namun, karya filsafatnya yang berpengaruh adalah Al-Masya'ir (Keprihatinan), Kasr Asnam Al-Jahiliyah (Menghancurkan Arca-Arca Paganisme), dan "Hikmah Transedental", yang lebih dikenal sebagai "Empat Pengembaraan" (Al-Asfar Al-Arba'ah).
Dalam bagian pendahuluan kitab Al-Asfar, Mulla Shadra menyesalkan sikap berpaling masyarakat Muslim dari studi filsafat. Padahal, prinsip-prinsip filsafat yang dipadukan dengan kebenaran wahyu Nabi adalah cermin nilai kebenaran tertinggi.
Menurutnya, keharmonisan itu menunjukkan kebenaaran tunggal yang dibawa
oleh Adam. Dari Adam, kebenaran ini diturunkan kepada Ibrahim, kemudian para filosof Yunani, lalu para sufi, dan akhirnya, para filosof pada umumnya. Orang-orang Yunani, tulisannya, semula menjadi penyembah binatang. Akan tetapi, dalam perjalanannya, mereka mengambil filsafat dan teologi dari Ibrahim.
Dalm konteks ini, Mulla Shadra membedakan dua kategori filosof Yunani kuno. Kategori pertama dimulai oleh Thales dan berakhir pada Socrates dan Plato. Dan kategori kedua dimulai oleh Pythagoras yang menerima filsafat dari sulaiman dan para rahib Mesir-seperti yang terungkap dari banyak catatan sejarah filsafat Arab. Di antara "tiang-tiang filsafat", Mulla Shadra menyebut nama Empedocles, Pythagoras, Socrates, Plato, dan Aristoteles, sedangkan mengenai hubungan Plotinus-yang dijulukinya dengan guru Yunani dan acp disebutnya dengan rasa hormat dengan Plato dan Aristoteles, Mulla Shadra, seperti kebanyakan filosof Muslim lainnya, samasekali berskap diam. Semua "tiang filsafat" Yunani  yang disebutkan di atas, menurut Mulla Shadra, menerima "cahaya Hikmah" dari "mercusuar kenabian".
Inilah sebabnya, para filosof itu secara keseluruhan bersesuaian dengan para nabi dalam persoalan-persoalan menyangkut keesaan Tuhan, penciptaan alam, dan hari kebangkitan. Terlepas dari pandangannya tentang sejarah filsafat ini, sosok metodologi
Mulla Shadra yang mesti diperhatikan adalah penerapan kategori-kategori filsafat dan tasawuf pada ajaran-ajaran Syi'ah. Dia berpendapat bahwa tahapan kenabian dalam sejarah dunia berakhir dengan wafatnya Nabi Muhammad Saw., "pamungkas para nabi". Tahapan selanjutnya ialah imamah (wilayah/wishayah) yang terdiri dari dua belas imam Syi'ah. Imamah akan terus berlanjut hingga kembalinya imam kedua belas yang saat ini masih gaib menurut doktrin Syi'ah.

Empat perjalanan jiwa, seperti yang dikemukakan dalam Al-Asfar Al-Arba'ah,
adalah sebagai berikut:
•         Perjalanan dari makhluk (khalaq) menuju Tuhan (Haqq).
•         Perjalanan menuju Tuha melalui (bimbingan )Tuhan.
•         Perjalanan dari Tuhan menuju makhluk melalui (bimbingan) Tuhan.
•         Perjalanan di dalam makhluk melalui (bimbingan) Tuhan.
Jiwa manusia berbeda dengan semua entitas makhluk lantaran ia merupakan sebuah perpaduan cahaya dan kegelapan. Karena itulah ada keterkaitan antara alam akal, atau "alam perintah", demikian para sufi menyebutnya, dan alam materiil, atau "alam ciptaan". Yang terakhir dimulai dengan garis lintas universal-yang memisahkan "alam akal" atau alam jiwa dengan alam materiil atau alam entitas-entitas indriawi.

Sabtu, 20 Juni 2015

JEAN-PAUL SARTRE

Lahir di Paris pada tanggal 21 Juni 1905. Ayahnya adalah perwira angkatan laut Prancis dan ibunya, Anne Maria Schweitzer, anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan dari Charles Schweitzer, seorang guru bahasa dan sastra Jerman di daerah Alsace. Ayahnya meninggal dua tahun sesudah kelahiran Jean-paul Sartre dan ibu bersama anaknya pulang ke rumah ayahnya, Charles Schweitzer, di Meudon. Sesudah empat tahun, mereka pindah ke Paris.
Sampai berumur sepuluh tahun empat bulan, Jean-Paul diberi pengajaran dirumah. Selama itu ia hidup ditengah orang-orang dewasa, tanpa adik, teman sebaya. Dunianya adalah perpustakaan dan kakeknya. Ia diterima di Lycee Henry IV di Paris, tetapi tahun berikut ibunya menikah lagi dan mereka pindah ke La Rochelle. Sesudah beberapa tahun dia disekolahkan lagi di Paris, yaitu Lycee Louis-le-Grand. Pada tahun 1924 ia sempat masuk di Ecole normale superieure, yang sudah terkenal sebagai salah satu perguruan tinggi yang paling selektif dan paling terkemuka di Prancis. Untuk ujian Agregation ia satu kali jatuh, tetapi tahun berikutnya, tahun 1929 ia berhasil meraih Agregation de philosophie sebagai nomor satu.
Sartre merupakan seorang filsuf yang mengembangkan pandangan seorang ahli yang bernama Kierkegard yaitu pandangan tentang pentingnya arti manusia sebagai pribadi. Intisari yang dikembangkan oleh Sartre dalam nama Eksistensialisme tersebut dengan cepat mendapat sambutan hampir diseluruh dunia. Sekalipun pada dasarnya buah fikiranya merupakan pengembangan dari pemikiran Kierkegard, ia mengembangkanya sampai tahap yang amat jauh.
Menurut pemikiran Sartre tentang Eksistensi manusia bukan sekedar hendak menjelaskan keadaan keberadanya manusia ditengah manusia dan bukan manusia, lebih dari itu ia hendak menjelaskan tanggung jawab yang seharusnya dipikul oleh manusia. Munculnya masalah ini tidaklah mengherankan bila kita membayangkan keadaan dunia ketika itu, khususnya Eropa Barat tempat Sartre hidup.
Bila kita berfikir bahwa Tuhan adalah pencipta manusia, maka kita akan membayangkan bahwa Tuhan mengetahui secara persis apa yang akan diciptakan-Nya. Jadi konsep sesuatu yang akan disiptakan oleh Tuhan telah ada sebelum segala sesuatu itu diciptakan. Jika demikian, maka bagi manusiapun berlaku formula esensi mendahului eksistensi. Ini bila Tuhan yang menciptakan manusia. Ide seperti ini ada pada agama, juga ada pada Diderot, Voltaire, Kant, dan lain-lain. Bahkan pada Plato, konsep (idea pada plato) sudah ada di alam idea. Sedangkan Sartre menyatakan bahwa itu semua berlawanan dengan kenyataan.
Eksistensialisme yang ateis, yang saya adalah salah seorang tokohnya, menyatakan bahwa Tuhan tidak ada, maka tinggal satu yang ada yang eksistensinya mendahului esensinya, suatu ada yang adanya sebelum ia dapat dikenal dengan suatu konsep tentang dirinya. Itu adalah manusia, yang oleh Heidegger disebut realitas manusia. Apa yang kita maksud eksistensi mendahului esensi pada manusia? Kita maksudkan bahwa manusia adalah yang pertama dari semua yang ada, menghadapi dirinya, menghadapi dunia, dan mengenal dirinya sesudah itu. Bila manusia seorang eksistensialis melihat dirinya sebagai yang tidak dikenal, itu karena ia mulai dari ketiadaan. Dia tetap tidak akan ada, sampai suatu ketika ia akan ada seperti yang diperbuatnya kepada dirinya. Oleh karena itu, tidaklah ada kekhususan kemanusiaan karena tidak ada Tuhan yang mempunyai konsep tentang manusia (Struhl Den Struhl:37).
Sartre merupakan seorang tokoh filsafat yang mempunyai konsep yang berlawanan dengan tokoh lain seperti Plato bahkan konsep Sartre juga berlawanan dengan konsep agama. Menurut Sartre eksistensi manusia mendahului esensinya, yang berarti manusia harus bertanggung jawab untuk apa ia ada. Sartre menjelaskan, karena manusia mula-mula sadar bahwa ia ada, itu berarti manusia menyadari bahwa ia menghadapi masa depan dan ia sadar ia berbuat begitu. Hal ini menekankan suatu tanggung jawab pada manusia. Inilah yang dianggap sebagai ajaran yang pertama dan utama dari filsafat eksistensialisme. Bila manusia itu bertanggung jawab atas dirinya sendiri, itu bukan berarti ia hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri, tetapi juga pada seluruh manusia.

Sabtu, 06 Juni 2015

AUGUSTE COMTE

Auguste Comte lahir di Montpellier, Perancis, pada 17 Januari 1798. Memiliki nama asli Isidore Marie Auguste Comte, ia berasal dari keluarga bangsawan Katholik. Ia menempuh pendidikan di Ecole Polytechnique dan mengambil juusan kedokteran di Montpellier. COmte juga berpengalaman memberi les matematika dan  menjadi murid sekaligus sekretaris Saint Simon. Comte memiliki kisah cinta platonik dan tragis. Menikah dengan Caroline Massin, seorang pekerja seks, ia bercerai pada 1842. Ia menikah dengan Clotide de Vlaux namun pernikahan tersebut tidak berumur lama. Clotide de Vlaux meninggal dunia karena sakit Tubercolosis. Kehidupan pribadi Comte sebagai pemikir besar dilingkupi kemiskinan.  Ia dikenal sebagai sosok emosional dalam persahabatan. Comte juga kerap terlibat konflik dalam persoalan cinta. Percobaan bunuh diri pun pernah dilakukan oleh tokoh kunci sosiologi ini. Comte meninggal dunia pada usia 59 tahun pada 5 September 1857. Pemikiran Auguste Comte, selaku orang yang memulai kajian sosiologi dan kemudian disebut sebagai bapak sosiologi ini, dipengaruhi oleh revolusi Perancis. Revolusi Perancis menjadikan masyarakat terbelah menjadi dua. Pertama masyarakat yang optimis, positif yang memandang masa depan lebih baik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan demokrasi. Kedua masyarakat pesimis dan negatif memandang masa depan dan perubahan yang dinilai menimbulkan anarkisme, konflik sosial dan sikap individualistic. Pemikiran Comte yang terkenal salah satunya adalah penjabaran sejarah perkembangan sosial atau peradaban manusia. Teori Comte tersebut membagi fase perkembangan peradaban menjadi tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap teologis, sebelum 1300. Pada fase ini manusia belum menjadi subyek bagi dirinya dan sangat tergantung pada dunia luar. Contohnya,  kesuburan dan panen padi seorang petani tergantung kemurahannya Dewi Sri pada konteks mitologi Indonesia. Tahap kedua, adalah tahap metafisika. Pada tahap ini manusia atau masyarakat mulai menggunakan nalarnya. Keterbatasan nalar manusia pada fase ini adalah kentalnya kecenderungan spekulasi yang belum melalui analisis empirik. Contohnya, nalar masyarakat mengalami yang menilai kesusahansebagai takdir semata. Tahap ketiga, tahap positifistik. Ini adalah tahap modern, di mana manusia atau masyarakat menggunakan nalarnya; menjadi subyek dan memandang yang lain sebagai obyek. Pada tahap ini semua gejala alam atau fenomena yang terjadi dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan peninjauan, pengujian dan dapat dibuktikan secara empiris.
Comte membagi masalah sosiologi menjadi dua, yaitu ranah sosial yang statis (social static) dan ranah sosial yang dinamis (social dynamic). Ranah Sosial statis mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan yang selalu membutuhkan sebuah tatanan dan kesepakatanbersama. Ranah dinamis menunjukkan watak ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perkembangan masyarakat, meneropong bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang massa.

Sabtu, 23 Mei 2015

FRIEDRICH NIETZSCHE ^^



                                           Nietzche lahir di Röcken, 15 Oktober 1844. Ketika Nietzche berusia empat tahun, tiba-tiba ayahnya sakit keras dan meninggal pada tahun 1849. Sejak itu seluruh keluarga pindah ke Naumburg, kota asal nenek moyang Nietzsche. Menjelang umur 6 tahun, Nietzche masuk sekolah Gymnasium. Di sekolahnya, Nietzche termasuk orang yang amat pandai bergaul. Dengan cepat dia dapat menjalin persahabatan dengan teman-teman sekolahnya. Melalui teman – temannya inilah ia mulai diperkenalkan dengan karya-karya Goethe dan Wagnet. Dari perkenalannya yang pertama dengan sastra dan musik, dia merasa bahwa dia cukup mempunyai bakat dalam bidang itu. Nietzsche merasa “jatuh cinta” terhadap musikus Richard Wagner. Pengalaman ini terjadi ketika ia menyaksikan pementasan Tristan dan Meistringer. Ketika bertemu secara pribadi dengan Wagner, membuai Nietzsche yakin bahwa ternyata kebebasan dan karya yang jenius itu masih mungkin dicapai. Ia juga tahu bahwa wagner seorang pengaggum Schopenhauer. Sejak itu Nietzsche menggabungkan dua tokoh itu, Wagner dan Schopenhauer, menjadi agama barunya.Nietsche pernah menjadi seorang dosen di Universitas Basel, Swiss. Dia mengajar selama 10 tahun dan berhenti karena kesehatannya memburuk. Nietzsche menjadi dosen mata kuliah filologi dan bahasa Yunani. Selama menjadi dosen, Nietszche sering jatuh sakit. Sejarah kesehatannya perlu diketahui, karena banyak orang menganggap bahwa karangan- karangannya tidak lebih dari ungkapan atas pengalamannya menghadapi sakit. Anggapan ini tidak dapat di tolak, karena ketika sakit, ia sangat produktif. Dia menghasilkan banyak karangan yang digolongkan sebagai karangan terbaiknya. Buku Die Geburt de Tragödie aus dem Geiste der Musik (The Birth of Tragedy Out of the Spirit of Music; Lahirnya Tragedi dari Semangat Musik) pada tahun 1872. Pada tahun berikutnya terbit buku tentang tragedi Yunani Unzeitgemässe Betrachtungen (Untimely Meditations; Permenungan yang Terlalu Awal). Buku ini terbagia atas 4 bagian . bagian pertama berjudul David Strauss, der Bekenner und der Schriftsteller (David Strauss, Pengaku Iman dan Penulis), terbit tahun 1873. Dua bagian berikutnya terbit tahun 1874, masing-masing berjudul Vom Nutzen und Nachteil der Historie für das Leben (Kegunaan dan Kerugian Sejarah bagi Hidup) dan Schopenhauer als Erzieher (Schopenhauer sebagai Pendidik). Dan bagian keempat baru terbit dua tahun berikutnya, 19876, dengan judul Richard Wagner in Bayreuth (Richard Wagner di Bayreuth). Pada tahun yang sama diberi kesempatan untuk beristirahat selama setahun dari Universitasnya. Kesempatan ini digunakan untuk tinggal di Italia bersama kedua temannya. Disana mereka masing-masing merencanakan untuk menulis buku. Nietzsche merencanakan menulis buku Menschliches, Allzumenschiches (Human, All- Too-Human; Manusiawi, Terlalu Manusiawi). Pada tahun 1879, Nietzsche menderita sakit yang amat berat selama 118 hari. Dan memaksa Nietzsche mau tidak mau untuk mundur sebagai dosen. Sampai dengan tahun 1889 saat menderita sakit jiwa, Nietzsche tidak dapat menghentikan kegiatannya untuk selalu menulis dan merenung. Pada tahun 1882, ia menertbitkan sebuah buku yang paling indah dan paling penting, yaitu Die Fröhlice Wissenschaft (“la gaya scienza”: Ilmu yang Mengasyikkan). Dalam buku inilah Nietzsche memproklamasikan bahwa “ Tuhan sudah mati”. Kehendak Untuk Berkuasa dan Pengetahuan. Diawali dengan kritik Nietzsche terhadap Kant, karena Kant merupakan filsuf pertama yang secara sistematis mencoba melakukan kritik terhadap pengetahuan. kant berupaya untuk meninggalkan penggunaan akal secara dogmatis tanpa kritis. Nietzsche memuji kejelian Kant untuk melakukan kritik terhadap penggunaan rasio, namun disatu sisi Nietzsche melihat keterbatasan bahkan kebuntuan jalan yang diperlihatkan oleh Kant. Kritik Nietzsche terhadap Kant secara singkat dapat dirumuskan:
Sekalipun Kant sudah melakukan kritik rasio, teori pengetahuan Kant masih didominasi dan dikendalikan oleh pandangan teologis, dogmatis, dan prespektif yang bersifat moral.
Kritik Nietzsche pada Kant terdapat dalam 2 hal:
1. Penilaian Nietzsche tentang pengetahuan sebagai keputusan (judgement).
2. Penilaiannya tentang apa yang disebut Kant benda pada dirinya sendiri.
Nietzsche menegaskan bahwa keputusan harus bersifat sintesis, dalam artian keputusan tersebut menghubungkan beberapa gagasan. Keputusan tersebut juga harus bersifat Apriori, artinya harus bersifat Universal. Kritik Nietzsche yang lebih penting berkaitan dengan kepercayaan Kant tentang adanya fakta pengetahuan. bagi Nietzsche hal tersebut merupakan dosa asal, yang merupakan keyakinannya pada adanya fakta pengetahuan. Nietzsche menunjukkan batu pertema yang menyangga pengetahuan adalah kepercayaan. Pengetahuan yang diajukan Kant menurut Nietzsche merupakan bentuk paling murni dari kepercayaan.
Sehubungan dengan benda pada dirinya sendiri (das ding an sich) Nietzsche mengatakan bahwa dengan mata yang sudah kaburpun orang dapat melihat bahwa pembedaan dunia fenomenal dari das ding an sich tidak dapat sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi. Nietzsche berpendapat bahwa pengakuan Kant akan das ding an sich menjadi dunia yang kita hadapi menjadi kurang bernilai, pandangan Kant ini justru akan membuat orang akan semakin menjauh dari das ding an sich, yaitu suatu model Tuhan yang belum berhasil ditanggalkan oleh Kant. Bagi Nietzsche pengakuan akan adanya das ding an sich sama sesatnya dengan pengakuan adanya makna-pada-dirinya atau postulat adanya tuhan yang dikemukakan oleh Spinoza, yang dilanjutkan pada kritiknya terhadap fakta pada dirinya sendiri. Karena baginya fakta terhadap diri sendiri itu tidak ada. Esensi juga tidak ada, apa yang disebut fakta atau sensi adalah hasil dari pemberian makna atau kualitas dari sudut pandang tertentu. 


Pemikiran

Sabtu, 25 April 2015

Arthur Schopenhauer

Arthur Schopenhauer lahir pada 22 Februari 1788 di Danzig Polandia. Lahir 22 Februari 1788 Danzig,  Meninggal 21 September 1860 (umur 72) Frankfurt. Dia seorang  Era Filosofi abad ke-19 Aliran Kantianism, idealism Minat utama Metaphysics, aesthetics, ethics, phenomenology, morality, psychology Gagasan penting Will, Fourfold root of reason, pessimism.  Keluarga Schopenhauer sangat kental dengan tradisi Belanda. Ayahnya, Heinrich Floris Schopenhauer (1747 – 1805) adalah seorang pengusaha sukses yang mengontrol keluarganya dengan gaya bisnis. Nama Arthur Schopenhauer mencerminkan luasnya jaringan sang ayah dalam perdagangan internasional, sehingga ia memilihkan nama untuk anak pertamanya itu dengan kolaborasi kosa kata Jerman, Perancis, dan Inggris. Pada bulan Maret 1793, ketika Schpenhauer masih berusia 5 tahun, keluarga pindah ke Hamburg, setelah Danzig diduduki oleh Prussia.Lahir di tengah keluarga pengusaha kaya, Schopenhauer sering melakukan kunjungan wisata ke berbagai negara di Eropa. Pada tahun 1797 – 1799 ia tinggal di Perancis, dan sebentar tinggal di Inggris di tahun 1803. Kondisi inilah yang memungkinkan Schopenhauer mempelajari bahasa Negara-negara yang dikunjunginya. Schopenhauer dalam diarynya mengatakan, tinggal di Perancis adalah pengalaman paling menyenangkan. Meskipun sejak kecil sang ayah telah mendidiknya dengan bisnis, dan selama dua tahun ia mengikuti kursus dan magang bisnis di Hamburg, namun Schopenhauer merasa bisnis bukanlah jalan hidup yang cocok baginya. Pada usia 19 tahun, ia memutuskan untuk mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi. 20 April 1805 adalah hari menyedihkan bagi Schopenhauer, karena sang ayah meninggal dunia, yang diduga kuat akibat bunuh diri.Setelah kematian Floris, Ibu Schopenhauer, Johanna Troisiener Schopenhauer (1766 – 1838), memutuskan untuk pindah bersama anak-anaknya ke Weimar. Johanna adalah wanita cerdas dan memiliki pergaulan yang luas. Di Weimer ia bersahabat dengan Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832). Di Weimer, Johanna Schopenhauer aktif menulis essai, kisah perjalanan, dan novel.Pada tahun 1809, Schopenhauer memulai studi di University of Gottingen di bidang Kedokteran, kemudian mengambil Filsafat. Di Gottingen, dia terpikat dengan pandangan seorang “skeptical philosopher”, Gottlob Ernst Schulze (1761 – 1833). Lewat Schulze-lah Schopenhauer mengenal pemikiran Plato dan Immanuel Kant. Setelah melewati masa studi 2 tahun di Gottingen, Schopenhauer kemudian mendaftarkan diri di Universitu of Berlin. Di sana ia diajar oleh Johann Gottlieb Fichte (1762 – 1814), dan Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Di dua universitas ini, Schopenhauer mempelajari banyak bidang keilmuan, antara lain: fisika, psikologi, astronomi, zoology, arkeologi, fisiologi, sejarah, sastra dan syair. Pada umur 25 tahun ia berhasil menyelesaikan disertasi dengan judul “The Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason”. Pada tahun 1813, ia memutuskan pindah ke Rudolstadt, dan pada tahun yang sama ia menyampaikan disertasinya di University of Jena, kemudian dianugerahi gelar doktor filsafat in absentia.

berikut PowerPoint

Sabtu, 11 April 2015

"AKU BERFIKIR, MAKA AKU ADA"

    Rene Descartes

 Menurut Rene Descartes, dia merasa akan dapat berpikir lebih luas bilamana ia berpikir berdasarkan metode yang rasionalistis untuk menganalisis gejala alam. Dengan pemikiran yang rasionalistis itu, orang mampu menghasilkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berguna seperti ilmu dan teknologi. Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu, baik logika deduktif maupun logika induktif, dalam proses penalarannya, mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar. Pada dasarnya terdapat dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio. kedua mendasarkan diri kepada pengalaman.
 Kaum rasionalis mendasarkan diri kepada rasio dan kaum empirisme mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang dianggapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum manusia memikirkannya. Paham ini dikenal dengan nama idealisme. Fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya.
Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan dapat diketahui manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya. Pengalaman tidaklah membuahkan prinsip justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang didapat lewat penalaran rasionil itulah maka kita dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku dalam alam sekitar kita. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ide bagi kaum rasionalis adalah bersifat apriori dan pengalaman yang didapatkan manusia lewat penalaran rasional. Teori “Aku befikir maka aku ada” membuat pikiran lebih penting dari pada materi, dan pikiran saya (bagi saya sendiri) lebih pasti daripada pikiran-pikiran orang lain. Makanya semua filsafat yang diturunkan dari Rene Descartes cenderung pada subjektivime dan cenderung untuk menganggap materi sebagai sesuatu hanya bisa diketahui dengan cara menarik kesimpulan dari apa yang diketahui pikiran. Setelah meletakkan sebuah dasar yang kuat, Descartes mulai mendirikan kembali sebuah bangunan ilmu pengetahuan. “Aku” yang terbukti ada disimpulkan dari fakta yang aku pikirkan, maka aku ada ketika aku berfikir, dan hanya saat itu. Jika aku berhenti berfikir, tidak ada bukti tentang eksistensiku. Aku adalah sesuatu yang berfikir, sebuah zat yang seluruh sifat atau esensinya berupa pikiran. Karenanya, jiwa seluruhnya berbeda dari tubuh dan lebih mudah mengetahui daripada tubuh, sehingga seolah-olah tidak ada tubuh.